Aku terkulai dalam rangkulan sisi kamar ini
Pikiranku terus mengelana hingga tiba di gantungan bajuku
Aku tak mampu menduga-duga pikiran ini
Berkecamuk dan meraba kepedihan hati
Dari sela gorden kusam yang menjuntai di atas kusen pintu
Aku rebah di atas dipan dengan lengan kanan menggeletak di kening
Sementara lengan kiriku menindih bungkusan berisi baju
Dan surat darimu di atas perutku
Aku kesakitan, bagai patung, tak mampu berdiri
Aku benar-benar tak tidur, terasa perih
Cahaya matahari fajar sudah merayap pelan menghampiriku
Ditemani bias sinar rembulan yang mulai tertutup perbukitan
Aku menghapus mata ini dengan pungung tanganku
Mencoba tidur untuk menghapus
Dari setiap bayang-bayang
ehmmm... buat siapa nih puisinya? heheheh...
ReplyDeletewaah....
ReplyDelete(suiit...suiiit...)
...hadapilah sahabat...seberapapun perihnya...kita bisa lari dari rasa sedih, tapi kita tak akan bisa sembunyi darinya....
ReplyDeletesekar : hehhe
ReplyDeleteIBS : buat yang ngirim surat mas
mas djoko : seep...aku akan hadapi dan tak akan lari, sembunyipun tidak mas...
kren2 puisinya mas..dq cuman ngingetin..klo dah kusam gordynnya, ya mbok ya dicuci dulu...
ReplyDeletenyantai aza lae : yang nyuci belum ketemu mas...
ReplyDeletetangan di atas kening itu, bukan mau bilang "capek deh.." kan??/hehehe....becanda...
ReplyDeletei know, u r a stand up guy
mbak hezra : iya kalee mbak...hehehe
ReplyDelete